GElap,
dinding yang ku capai tidak kesampaian,
Panas,
bara ke ruang leherku tidak ku tahan,
Tuhan,
cukuplah engkau seksa hamba durjanaMu ini,
namun ku sedar merpati yang terbang hanya angan,
ku sedar dosa luhurku tidak dapat ku betulkan,
aku leka,lalai bersama teman-teman
namun tidak ku sedari,liang ini akan menjadi kediaman abadiku,
orang tua ku telah berputus asa,
berputus asa menasihatiku,
aku lalai sekali lagi,
di saat jibril menghampiriku,
kakiku kaku,
MAK!!AYAH!!ALLAH!!
tetapi seperti seribu batu dalam mulutku,
kakiku kaku,
kelu lidahku,
ingin ku katakan sesuatu,
tetapi hanya ular dari neraka yang melilit kafan ini,
tidak ku sangka hari pengebumianku
seperti pesta bagi yang membenciku,
dapat ku dengar suara-suara halus,
gembiri dengan pemergianku,
NAMUN!
aku disini tetap disini mengerang sakit,
dilitupi liang sempit yang makin menyempit,
sebak dadaku,
sesak nafasku,
aku ingat ini semua dongeng,
ingin ku sujud dan kucup orang tuaku,
NAMUN!
sudah terlambat wahai manusia celaka,
celaka di atas muka bumi,
yang berfoya-foyasiang dan malam,
melupakan ciptaan yang satu,
RASAKANLAH AKU!
ingin ku menjerit kesakitan,
namun,
hal ini hanya aku dan tuhanku,
maafkanlah aku,
YA ALLAH....